HARI ASYURA DAN MITOS
Bulan Muharram sendiri adalah bulan ke-1 (Ke-satu) Pada penanggalan islam atau penanggalan Hijriah. Pada bulan Muharram ini disadari atau tidak ada banyak mitos yang menyelimutinya, baik mitos yang ada di tanah Arab sendiri maupun mitos lokal yang berkembang di kalangan masyarakat Islam.
Mitos Umum/Arab
banyak legenda atau hikayat yang salah pengertian tentang hari asyura atau pada tanggal ke-10 bulan Muharram ini. Mitos itu antara lain adalah Pada hari asyura:
hari Asyura Nabi Adam diciptakan,
pada hari  Asyura Nabi Ibrahim dilahirkan,
pada hari Asyura Allah Swt menerima tobat Nabi Ibrahim,
pada hari Asyura Kiamat akan terjadi
siapa yang mandi pada hari Asyura diyakini tidak akan mudah terkena penyakit.
disunnahkan bagi mereka untuk menyiapkan makanan khusus untuk hari Asyura.
Sejumlah umat Islam mengaitkan kesucian hari Asyura dengan kematian cucu Nabi Muhmmad Saw, Husain saat berperang melawan tentara Suriah.
Mitos Lokalitas Hari Asyura
Mitos lokalitas ini khusus saya bahas adalah mitos yang ada di jazirah Sulawesi selatan atau pada etnis Makassar-Bugis. Masyarakat Makassar Bugis Punya mitos tersendiri mengenai bulan Muharram, dalam kepercayaan turun temurun diyakini bahwa pada bulan Muharram Bala diturunkan, terlebih pada tanggal 1 muharram, dalam istilah Bahasa Makassar, tanggal 1 Muharram merupakan “allo nakasa” atau kalau diartirtikan dalam bahasa indonesia adalah “hari naas/bala”. jadi pada memasuki bulan Muharram, segala pekerjaan vital tidak boleh dilakukan, misalkan melaksanakan pernikahan, memulai tanam padi, bepergian dan hal-hal vital lainnya. Waktu allo nakasa ini mulai tanggal 1 muharram (puncaknya) sampai tanggal 10 Muharram (hari asyura). pada pada hari asyura ini, etnis Makassar bugis melakukan semacam selamatan untuk menghilangkan  nakasa (naas) pada bulan Muharram, selamatan utu dalam bentuk membuat jepe su’rang atau bubur dari sejenis umbi-umbian yang bernama “su’rang” setelah dilaksanakan selamatan jepe su’ra ini, maka allo nakasa dalam bulan Muharram sudah hilang.
Mitos Muharram
Legenda atau mitos diatas sebenarnya tidak bisa dibuktikan, karena tidak ada dalil yang memperkuat bahwa pada hari asyura Adam diciftakan, Ibrahim dilahirkan dan lain, al ini sebenarnya adalah bid’ah,  apalagi Mitos lokalitas Makassar Bugis yang mengkeramatkan bulan Muharram, yang ini bisa membawa kita kejalan yang musyrik yang sangat dibenci Allah.
Begitu pun dengan kematian cucu baginda nabi, Husain yang kebetulan meninggal pada hari Asyura. Kematian Husain memang salah satu peristiwa tragis dalam sejarah Islam. Namun kesucian hari ‘Asyura tidak bisa dikaitkan dengan peristiwa ini dengan alasan yang sederhana bahwa kesucian hari ‘Asyura sudah ditegakkan sejak zaman Nabi Muhammad Saw jauh sebelum kelahiran Sayidina Husain. Sebaliknya, adalah kemuliaan bagi Husain yang kematiannya dalam pertempuran itu bersamaan dengan hari ‘Asyura.
Hal Yang Semestinya Dilakukan pada hari Asyura
Hari Asyura adalah hari istimewa, dan kita disunahkan berpuasa sunnat. Disunatkan puasa 6 hari pada bulan Syawwal, 3 hari pada setiap bulan (yang afdhal yaitu tanggal 13, 14 dan 15; disebut shaumul biidh), hari Senin dan Kamis, 9 hari pertama bulan Dzul Hijjah (lebih ditekankan tanggal 9, yaitu hari Arafah), hari Asyura (tanggal 10 Muharram) ditambah sehari sebelum atau sesudahnya untuk mengikuti jejak Nabi dan para sahabatnya yang mulia serta menyelisihi kaum Yahudi.
Demikianlah artikel sederhana mengenai Hari Asyura Dan Mitos Yang Mesti Diluruskan, semoga artikel ini bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi kita semua



Sumber : Pustaka Sekolah
Proto Melayu Dan Deutro Melayu Indonesia 

Proto melayu dan Deutro melayu Indonesia. Berdasarkan pendapat dari Kern, bahwa nenek-moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Champa di Vietnam Utara (Tonkin), Kamboja dan Kochin Cina (indocina). Namun sebelum mereka tiba di kepulauan Indonesia, di Indonesia sendiri telah ada bangsa yang lebih duluan berdiam. Bangsa tersebut berkulit hitam dan berambut keriting (ras Negrito). Hingga sekarang bangsa tersebut mendiami Indonesia bagian timur pedalaman dan sebagian Australia. Jadi, sebetulnya bangsa berkulit hitam ini merupakan penduduk asli Indonesia.
Proto Melayu Dan Deutro Melayu Indonesia
Sementara itu pada tahun 1.500 Sebelum masehi, bangsa dari Campa terdesak oleh bangsa lain yang lebih kuat yang datang dari Asia Tengah (bangsa Mongol). bangsa yang terdesak ini lalu bermigrasi ke kamboja dan meneruskannya ke Semenanjung malaka. Dari malaka, mereka melanjutkan pelariannya ke daerah Sumatera, kalimantan, Jawa, Filipina. Yang di Filifina lalu melanjutkan perjalannya ke sulawesi dan maluku.
Selanjutnya, mereka yang mendiami wilayah Indonesia membentuk komunitas masing-masing. Mereka berkembang menjadi suku-suku tersendiri, Seperti Aceh, Batak, Padang, palembang di Sumatera; Sunda, dan Jawa di pulau jawa; Dayak di kalimantan; Minahasa, Bugis, makassar, Toraja, mandar di Sulawesi; Ambon di maluku. Sedangkan mereka yang bercampur dengan bangsa asli yang berkulit hitam berkembang menjadi suku-suku tersendiri, seperti di Flores..
Selain teori diatas, ada pendapat yang mengatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia adalah orang-orang Melayu. Bangsa Melayu ini telah mendiami Indonesia bagian barat dan semenanjung melayu (Malaysia) sejak dulu. Para ahli membagi 2 bangsa melayu ini: Proto melayu atau melayu tua dan Deutro melayu atau Melayu Muda.
Melayu Tua (Proto Melayu)
Bangsa melayu tua ini memasuki wilayah Indonesia sekitar tahun 1.500 s/d 500 SM. Mereka masuk melalui 2 rute: jalan barat dan jalan timur. Jalan barat adalah melalui Semenanjung melayu kemudian terus ke Sumatera dan selanjutnya menyebar ke seluruh Indonesia. Sementara jalan timur adalah melalui kepulauan Filipina terus ke sulawesi dan menyebar ke seluruh Indonesia. Para ahli memperkirakan bahwa bangsa melayu tua ini peradabannya satu tingkat lebih tinggi dibanding manusia purba yang ada di Indonesia. orang-orang melayu tua ini berkebudayaan Batu muda (neolitikum). Benda-benda buatan mereka masih menggunakan batu, namun telah sangat halus . kebudayaan kapak persegi dibawa bangsa proto melayu melalui jalan barat, sedangkan kebudayaan kapak Lonjong melalui jalan timur. sebagian dari mereka ada yang bercampur dengan ras kulit hitam.
Pada perkembangan selanjutnya, mereka terdesak ke arah timur karena kedatangan bangsa melayu muda. Keturunan proto melayu ini sampai kini masih berdiam di Indonesia bagian timur, seperti Dayak, Toraja, mentawai, Nias dan papua. Sementara itu, bangsa kulit hitam (ras negrito) yang tidak mau bercampur dengan bangsa proto melayu lalu berpindah ke pedalaman atau pulau terpencil agar terhindar dari pertemuan dengan suku atau bangsa lain yang mereka anggap sebagai penganggu. Keturunan mereka hingga kini masih dapat dilihat, meski populasinya sedikit, antara lain orang Sakai di Siak, orang Kubu di palembang, dan orang Semang di Malaka.
Melayu Muda (Deutro Melayu)
Bangsa melayu muda memasuki kawasan Indonesia sekitar 500 SM secara bergelombang. Mereka masuk melalui jalur barat, yaitu melalui daerah semenanjung Melayu terus ke Sumatera dan tersebar ke wilayah Indonesia yang lain. kebudayaan mereka lebih maju daripada proto melayu. Mereka telah pandai  membuat benda-benda dari logam (perunggu). Kepandaian ini lalu berkembang menjadi membuat besi. kebudayaan melayu muda ini sering disebut kebudayaan Dong Son. nama dong Son ini disesuaikan dengan nama daerah disekitar teluk Tonkin Vietnam yang banyak ditemukan benda-benda peninggalan dari logam. Daerah Dong Son ini ditafsir sebagai tempat asal bangsa Melayu Muda sebelum pergi menuju Indonesia. Hasil-hasil kebudayaan perunggu yang ditemukan di Indonesia diantaranya adalah kapak corong atau kapak sepatu, nekara, dan bejana perunggu. Benda-benda logam ini umumnya terbuat dari tuangan (cetakan).
Keturunan bangsa Deutro melayu ini selanjutnya berkembang menjadi suku-suku tersendiri, misalnya melayu, Makassar, jawa, Sunda, Bugis, Minang dll. Kern menyimpulkan  bahwa bahasa yang tersebar di Nusantara adalah serumpun, karena berasal dari bahasa austronesia. Perbedaan bahasa yang terjadi di daerah-daerah di Nusantara seperti bahasa Jawa, Makassar, Sunda, Madura, Aceh, Batak, Minangkabau dll, merupakan akibat dari keadaan alam Indonesia sendiri yang dipisahkan oleh laut dan selat. [ps]

Sumber : Pustaka Sekolah

Kelahiran Rahwana

Energi dalam tubuh manusia berpusat disekitar pusar. Pembangkitnya berada di situ. Lalu, biasanya ada dua kemungkinan. Mengalir ke bawah, atau mengalir ke atas. Jika mengalir ke bawah, instink-instink hewani dalam diri manusia akan terstimuli. Instink-instink hewani yang kita warisi berkat evolusi panjang itu akan bangkit kembali dan mencari mangsanya. Kemudian, demi kenyamanan diri, kita bisa mencelakakan apa saja. Sebaliknya, jika mengalir ke atas, energi itu akan membuat anda menjadi lebih kreatif dan konstruktif. Anda akan menjadi unik, orisinil dan karena itu anda akan menjadi berkah bagi lingkungan sekitar anda. *1 Medis dan Meditasi
Latar belakang keluarga para pelaku dalam Ramayana
Prabu Dasarata penuh hasrat mendapatkan seorang putra, sehingga mengawini tiga orang wanita yang ternyata tiga-tiganya belum dapat memberikan putra juga. Akhirnya dengan suatu upacara ritual ketiga istrinya melahirkan empat putra. Keempat putranya saling mengasihi.
Kemudian karena sang prabu kalah janji dengan istri ketiga, maka putra terkasihnya Sri Rama harus meninggalkan istana yang menyebabkan kesedihan sang prabu yang membawanya keujung kematian.
Resi Gotama bertapa seratus tahun dengan harapan mendapatkan anugerah isteri seorang bidadari. Dewi Windradi adalah seorang bidadari yang bersedia menjadi istrinya, akan tetapi dia memiliki cupu manik Astagina yang pada setiap saat konon dapat berhubungan dengan Bathara Surya lewat cupu tersebut.
Pasangan suami istri tersebut melahirkan tiga anak, Guwarsa yang akhirnya menjadi Subali, Guwarsi yang menjadi Sugriwa dan Retno Anjani yang melahirkan Hanuman. Dua bersaudara Subali dan Sugriwa berseteru hingga akhirnya Subali mati dipanah Sri Rama. Sedangkan Hanuman melakukan “total surender” pada Sri Rama, sang avatara.
Dewi Sukesi, putri raja Alengka Prabu Sumali, seorang wanita yang sangat percaya diri dan bersemangat. Sang putri menerima saran sang ayahanda bahwa pemilihan pasangan hidup melalui pertarungan antar ksatria tidak perlu diperpanjang lagi. Dewi Sukesi kemudian memilih pasangan hidup siapa pun yang dapat menjabarkan Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu.
Resi Wisrawa adalah seorang raja yang meninggalkan kenyamanan istana demi peningkatan kesadaran. Akan tetapi sang resi masih punya keterikatan dengan sang putra yang menggantikannya sebagai raja Lokapala. Sang putra mabuk kepayang ingin mempersunting Dewi Sukesi, akan tetapi ketakutan karena semua ksatria yang datang meminang sang putri dibunuh oleh Patih Harya Jambumangli adik Prabu Sumali yang diam-diam jatuh cinta kepada sang keponakan.
Resi Wisrawa berangkat ke Alengka untuk mendapatkan jodoh bagi sang putra. Akan tetapi sewaktu menguraikan Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu kepada Dewi Sukesi, mereka berdua terlena dan melakukan hubungan suami istri. Dari mereka lahirlah Rahwana, Sarpakenaka, Kumbakarna dan Wibisana. Sarpakenaka yang hiperseks sakit hati dengan Dewi Sinta dan minta sang kakak menculiknya. Kumbakarna tidak menyetujui keserakahan Rahwana memilih makan dan tidur serta tidak mau melihat kesewenang-wenangan kakaknya. Wibisana tidak cocok dengan tindakan kakaknya dan ketika kakaknya menculik istri Sri Rama, ksatria avatara idolanya, maka dia menyeberang ke pihak Sri Rama.
Kisah Ramayana yang berkembang di Nusantara, penuh dengan berbagai karakter pelaku, dengan berbagai hubungan kekerabatan yang bagaimana pun sampai saat ini masih relevan untuk dipetik hikmahnya. Berbagai karakter dan persoalan rumah tangga tersebut terasa dekat dengan DNA bangsa Indonesia. “Setting” panggung dan zaman sudah berubah, akan tetapi karakter para pelaku dan pelbagai permasalahan kekerabatan pada hakikatnya tidak jauh berbeda. Bahkan sampai saat ini masih banyak orang tua yang menamakan anaknya, Rama, Bharata, Laksmana, Sinta, Sita dan lainnya.
Walaupun Epos Ramayana berawal dari India, tetapi begitu sampai Nusantara, nuansanya disesuaikan. Bahkan di India tidak ada satu pun candi dengan relief batu tentang Ramayana. Hal tersebut menunjukkan betapa tingginya peradaban kita saat itu. Akan tetapi, pada saat ini justru beberapa produk budaya kita, yang secara jujur pernah “kurang mendapat perhatian”, telah dirawat oleh bangsa lain. Semoga putra-putri Indonesia menyadari jati diri budaya bangsa, melestarikannya dan bangkit dari keterpurukannya.
Saatnya kita kembali kepada ajaran leluhur, kepada budaya asal Nusantara, kepada kearifan lokal, kebijakan nenek moyang. Saatnya kita menghormati dan menghargai alam, lingkungan. Hubungan dengan alam dan sesama makhluk hidup – bukanlah hubungan horizontal sebagaimana dicekokkan kepada kita selama bertahun-tahun. Pun hubungan kita dengan Tuhan bukanlah vertikal. Tuhan tidak berada di atas sana, di lapisan langit kesekian. Pemahaman vertikal-horizontal seperti ini telah memisahkan kita dari alam. Tuhan berada dimana-mana, Ia meliputi segalanya, sekaligus bersemayam di dalam diri setiap makhluk inilah inti ajaran leluhur kita. Inilah kearifan lokal kita. Dan, hanyalah pemahaman seperti ini yang dapat menyelamatkan kita dari kemusnahan dan kehancuran. *2 Panca Aksara

Latar belakang Resi Wisrawa dan Dewi Suksesi
Prabu Sumali, Raja Alengka sadar bahwa sayembara memperebutkan Dewi Sukesi, sang putri dengan cara perang tanding antar ksatriya telah menimbulkan pertumpahan darah yang tidak seharusnya terjadi. Telah banyak ksatria mati di tangan Harya Jambumangli adik, sekaligus patih kerajaan Alengka. Akan tetapi permintaan sang putri untuk bersedia menjadi isteri dari orang yang sanggup mengupas Sastrajendra Pangruwating Diyu membuatnya sangat gundah. Bagaimana pun sang putri adalah seorang gadis yang tegas dan dia terlanjur memanjakan dan menuruti apa pun kemauan sang putri. Dewi Sukesi memang berbeda dari Dewi Sinta yang pasrah kepada ayahandanya, Sang Prabu Janaka yang bijaksana untuk mencarikan jodoh baginya.
Resi Wisrawa sedang mengupas ilmu Sastrajendra Pangruwating Diyu di taman keputren bersama Dewi Sukesi. ‘Sastrajendra’, Tulisan Agung tersebut tak jauh dari pemahaman tentang manusia itu sendiri, tentang ‘gumelaring jagad’, asal-usul jagad, ‘sejatining urip’, makna hidup, ‘sejatining panembah’, pengabdian kepada Gusti dan ‘sampurnaning pati’, kesempurnaan kematian.
Konon Guru adalah seseorang yang mendapatkan pengetahuan langsung dari Keberadaan. Sedangkan murid sejati adalah seseorang yang berkeinginan tunggal atau “murad” untuk mengalami penyatuan dengan Keberadaan, manunggal dengan Gusti. Yoga juga berarti penyatuan dengan Ilahi. Sang murid telah paham bahwa dunia ini hanya ilusi, permainan pikiran, sehingga Keberadaan menghendaki dia bertemu dengan Guru untuk membimbingnya dalam menjalani kehidupan spiritualnya. Sang Guru dan sang murid hanya melaksanakan ridho Sang Keberadaan. Mungkin contoh yang baik hubungan antara Guru dan murid adalah hubungan antara Sri Rama dengan Hanuman. Hanuman pasrah total kepada Sri Rama yang merupakan wujud keilahian. Lain Hanuman lain kita, kepasrahan kita hanya di bibir saja.
Ucapan-ucapan seperti, “Aku sudah pasrah. Aku sudah berserah diri sepenuhnya” hanya menunjukkan betapa naifnya kita. Di balik ucapan-ucapan kita seperti itu masih ada keinginan terselubung, untuk menonjolkan diri kita. Kepasrahan kita membutuhkan pengakuan orang lain. Ego kita masih tetap ada. Dan selama masih ada ego, tidak ada cinta, tidak akan ada kasih. *3 Samudra Sufi
Resi Wisrawa dalam mengupas Sastrajendra masih menuruti ego pribadi untuk mendapatkan jodoh bagi sang putra. Dewi Sukesi dalam menerima pengetahuan juga masih mempunyai keterikatan terhadap ego pribadi untuk mencari suami. Mereka menuruti hasrat ego-nya, bukan ridho Sang Keberadaan, belum mencerminkan hubungan antara Guru dan murid.

Terpelesetnya Resi Wisrawa dan Dewi Sukesi dalam pengupasan Sastrajendra
Beberapa penjelasan Resi Wisrawa, “Pada waktu kita sudah lepas dari keterikatan, kehilangan rasa memiliki, termasuk memiliki diri sendiri, kita masuk dalam “kematian”. Di balik “kematian” itulah justru ada “kehidupan” sejati. Kehidupan yang tidak berawal dan tidak berakhir, yang bebas dari belenggu keterikatan.”
Mereka yang jiwanya telah mati sibuk mencari kehidupan. Mereka yang jiwanya hidup mengejar kematian. Suatu paradoks tetapi Begitulah adanya. Apabila anda tidak merasa hidup, Anda akan selalu mengejar kehidupan. Apabila Anda tidak merasa sehat, Anda akan mengejar kesehatan. Apa pun yang Anda rasakan tidak “ada” dalam diri Anda, akan Anda kejar. Anda akan membanting tulang untuk memperolehnya. Sebaliknya, mereka yang merasakan dirinya hidup, mereka yang telah mengenal kehidupan dari dekat, mereka yang telah puas menjalani kehidupan tidak akan mengejar kehidupan lagi. Mereka yang sehat tidak mengejar kesehatan. *3 Samudra Sufi
“Kita berada dalam keindahan cinta. Alam semesta ini adalah perwujudan cinta Sang Keberadaan. Manusia, hewan, tanaman tak mungkin ada tanpa cinta. Cinta dan keindahan terdapat dalam naluri, integensia setiap manusia.”
“Ibarat sungai diam yang mengalirkan air yang selalu baru. Bukan jatidiri yang berjalan, tetapi waktulah yang berjalan. Cinta melampaui waktu. Tubuh fisik boleh berubah sesuai usia, akan tetapi cinta itu sendiri abadi. Masa lalu tidak ada, masa depan belum tiba dan yang ada hanya saat ini dan hal ini perlu dirayakan.”
“Dalam cinta itu ada kerinduan, bukan kerinduan terhadap hal-hal duniawi yang bersifat sementara, tetapi kerinduan kepada hal yang tidak dimengerti. Kebahagian dalam kerinduan tersebut bukan karena kepemilikan, tetapi karena ridho Sang Keberadaan. Pasrah total terhadap Keberadaan.”
Cinta tidak bertujuan, tak akan pernah bertujuan. Mereka yang belum kenal cinta selalu bingung. Mereka tidak dapat membayangkan suatu “tindakan” tanpa tujuan. Cinta yang ada pamrihnya, yang bersyarat, bukan cinta lagi. Lakukan introspeksi diri selama ini apakah Anda mencintai Allah? Jangankan pengorbanan dalam cinta, selama ini mungkin cinta pun belum pernah menyentuh jiwa kita, ruh kita, batin kita. Dan apabila kita belum mencicipi manisnya Kasih Allah, manisnya Cinta Tuhan, selama itu pula kita akan selalu berkiblat pada dunia benda pada segala sesuatu yang fana, yang semu. Berkorban dalam Cinta Allah berarti menolak segala sesuatu yang fana. Dengan Cinta, dan hanya Cinta saja yang dapat menyingkirkan bayangan gelap dari yang bukan Allah itu. Dengan Cinta dan Cinta saja, jiwa manusia dapat memenangkan kembali sumber kesucian itu dan menemukan tujuan utama yaitu penyatuan kembali dengan kebenaran. *3 Samudra Sufi
Cinta, kasih adalah pengalaman tertinggi, terakhir, yang dapat dialami oleh manusia. Setelah itu, apa lagi, what next? Saya tidak tahu. Dalam cinta yang tak terbatas itu, Mansur dan Rabiah menghilang. Dalam kasih yang tak terhingga itu, Isa dan Buddha lenyap tanpa bekas. Mereka tidak kembali untuk menjelaskan apa yang terjadi. Mereka menyatu dengan cinta, dengan kasih itu sendiri. Apabila Anda mengalami cinta, mengalami kasih, sebenarnya Anda juga sedang mengalami Isa dan Buddha, Mahavir dan Muhammad, Zarathustra dan Nanak. Cinta adalah jalan, sekaligus tujuan. Kasih adalah penuntun yang mengantar kita ke tujuan akhir kita. Dan tujuan akhir itu adalah kasih pula, cinta juga. *3 Samudra Sufi
“Sifat keraksasaan dalam diri harus diruwat, dikembalikan ke keadaan asalnya. Dan untuk mensucikan jiwa, kita harus menggunakan raga. Anakku Sukesi, mari kita kembali ke bumi untuk menyelesaikan tugas kita mengendalikan keraksasaan, mengendalikan “Diyu” dalam diri!” Dewi Sukesi merasa belum terpuaskan keingintahuannya dan belum mau menyudahi penguraian tentang Satrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu.
Begitu larutnya mereka dalam penjabaran Sastrajendra, sampai mereka lupa bahwa “Diyu”, sang raksasa dalam diri mereka yang lama terpendam bangkit dan menutup kesadaran mereka. Keduanya bahkan gagal memaknai Sastrajendra, Sang Tulisan Agung. Mereka melakukan hubungan suami istri. Mereka tidak dinikahkan oleh orang tua atau dinikahkan oleh pelaksana ritual pernikahan, tetapi mereka dinikahkan oleh syahwat mereka.

Kelahiran putra-putri Resi Wisrawa dan Dewi Sukesi
Mind seseorang berwujud energi, dan energi tidak bisa mati, yang mati hanyalah raganya. Mind yang tak berbadan tersebut akan mencari raga baru untuk melanjutkan obsesi dan menerima akibat dari tindakan yang pernah dibuatnya sesuai aturan alam, hukum sebab-akibat.
Medan Energi Bio-Electric Subconscious Mind (MEBESM) yang tidak ikut mati membentuk synap-synap asli dalam otak bayi yang baru lahir. Demikian, otak bayi mewarisi informasi, keinginan, dan obsesi yang tersimpan dalam MEBESM tersebut. Bahkan, MEBESM bisa memilih tempat dan situasi di mana tersedia stimulus-stimulus sesuai dengan yang dibutuhkannya. Dalam arti kata lain, “kita” memilih tempat lahir. Bahkan orang tua pun pilihan kita sendiri. *1 Medis dan Meditasi
Peristiwa terpelesetnya Resi Wisrawa dan Dewi Sukesi mengakibatkan kelahiran putra-putrinya. Dikatakan terpeleset, mungkin juga kurang tepat. Mungkin sudah ada cetak biru Keberadaan untuk melahirkan pemimpin para raksasa yang mengumpulkan para raksasa untuk berperang secara frontal. Mungkin perang tersebut berguna untuk pengurangan populasi raksasa guna penyesuaian daya dukung bumi terhadap kehidupan para raksasa.
Apabila Resi Wisrawa dan Dewi Sukesi tidak terpeleset, mungkin akan ada skenario lain untuk pengurangan populasi raksasa tersebut. Bagi kita yang penting adalah bahwa kita dapat menarik hikmah dari kisah tersebut demi peningkatan kesadaran. Skenario yang lain tidak perlu diperdebatkan, karena hanya analisa mind belaka.
Yang jelas secara alami, setiap proses produksi selalu menghasilkan “side product” yang harus dibuang. Proses pencernaan juga menghasilkan sampah yang harus dibuang. Membuang “side product” sampah psikis dalam latihan meditasi disebut katarsis, cleansing agar diri tetap sehat. Bahkan dogma-dogma lama yang tersimpan dalam pikiran bawah sadar pun harus di-cleansing agar manusia dapat menerima kemajuan dan hidup dalam kekinian. Pengurangan populasi raksasa atau hewan semacam dinosaurus pun diperlukan dan merupakan cleansing bagi bumi, demi kesehatan bumi. Dan selalu saja setelah cleansing atau katarsis ada rasa kelegaan yang dalam.
Yang jelas kita diminta mengamati sifat “Diyu”, sifat keraksasaan dalam diri, yang masih ada dalam DNA kita, hasil evolusi masa lalu yang sering tidak terkendalikan. Kita telah memilih lahir lagi demi peningkatan evolusi kita. Oleh karena itu jangan hanya berhenti menikmati suka atau duka atas suatu kejadian yang dialami. Di balik setiap kejadian tersirat hikmah atau tujuan atas kejadian tersebut.
Pasangan Anda, istri Anda, suami Anda, orang tua dan anak dan cucu Anda, atasan dan bawahan Anda, mereka semua adalah dosen-dosen pengajar. Mereka yang melacurkan diri demi kepingan emas dan mereka yang melacurkan jiwa demi ketenaran dan kedudukan, mereka semua adalah guru Anda. Anjing jalanan dan cacing-cacing di got, lembah yang dalam, bukit yang tinggi dan lautan yang luas, semuanya sedang mengajarkan sesuatu. *3 Samudra Sufi
Dewi Sukesi mengandung akibat buah cinta terlarangnya dengan Resi Wisrawa. Dan, kemudian dari rahimnya terlahir segumpal darah, bercampur sebuah wujud telinga dan kuku. Segumpal darah itu menjadi raksasa bernama Rahwana yang melambangkan nafsu angkara manusia. Sedangkan telinga menjadi raksasa sebesar gunung yang bernama Kumbakarna, yang meski pun berwujud raksasa tetapi hatinya bijak, ia melambangkan penyesalan ayah ibunya. Sedangkan kuku menjadi raksasa wanita yang bertindak semaunya bernama Sarpakenaka. Kelak Wisrawa dan Sukesi melahirkan seorang putera bernama Gunawan Wibisana. Anak terakhir ini berupa manusia sempurna yang baik dan bijaksana, karena terlahir dari cinta sejati, jauh dari hawa nafsu kedua orang tuannya.
Wibisana lahir normal, disusui sang ibu dengan penuh kasih dan menjadi lebih lembut. Kejadian di awal kelahiran mempunyai pengaruh besar terhadap seorang anak. Seorang anak yang lahir dari operasi cesar, dia lahir begitu mudah tanpa perjuangan, sehingga jangan sampai masa kanak-kanaknya dimanja, agar dia memiliki daya juang. Bayi yang lahir juga perlu diletakkan agak jauh dari buah dada ibunya, agar dia berjuang mendapatkan air susu pertama. Daya juang tersebut diperlukan dalam kehidupan selanjutnya.

Sifat-sifat Rahwana, Sarpakenaka, Kumbakarna dan Wibisana
Menurut filsafat Yoga, seperti yang dijabarkan oleh Patanjali dan lainnya, ada tujuh lapis kesadaran, digambarkan sebagai chakra atau roda. Tiga chakra pertama adalah kebutuhan dasar, makan/minum, seks, dan tidur. Ini adalah kebutuhan yang dilakukan oleh hewan juga. Cakra keempat adalah cinta yang membedakan kita dari dunia hewan. Tentu saja, ini menjadi lapisan pertama kesadaran manusia. Lapisan ini berhubungan dengan bagian otak neo-cortex, sedangkan tiga lapisan pertama berhubungan dengan bagian otak yang mengatur anggota tubuh. Tiga lapisan terakhir adalah lapisan pemurnian, perluasan pandangan, dan pencerahan. Lapisan-lapisan ini membawa kita menuju Yang Maha Kuasa, menuju Keilahian. Jadi, menurut yoga, kita semua menuju ke arah yang sama, Tuhan. *4 Si Goblok
Dalam diri manusia, ada tujuh chakra, akan tetapi putra-putri Resi Wisrawa dan Dewi Sukesi nampak lebih menonjol pada chakra-chakra tertentu.
Chakra ketiga, kenyamanan, apabila tak terkendalikan menyebabkan manusia mengikuti ahamkara, ego, ingin menang sendiri. Rahwana yang juga disebut Dasamuka bisa dimaknai mempunyai sepuluh kepala, sepuluh otak, sangat cerdas dan mempunyai keserakahan yang luar biasa. Rahwana merupakan perwujudan dari sifat rajas yang agresif dan dominasi unsur alami api yang beraura kemerahan.
Chakra kedua berkaitan dengan kreatifitas dan hubungan dengan seks. Sarpakenaka sangat kreatif, sehingga dapat mengubah wujud dirinya menjadi wanita cantik penggoda Sri Rama dan Laksmana. Seandainya saja Sarpakenaka bisa mentransformasikan energi seks menjadi energi yang kreatif, dirinya akan sangat berguna bagi dunia. Sayangnya dia malah menjadi hiperseks, sudah mempunyai dua suami masih mempunyai PIL (Pria Idaman Lain) Kala Maricha, komandan prajurit andalan Rahwana. Sarpakenaka melambangkan sifat keagresifan dan dominasi unsur api yang beraura kuning.
Chakra pertama berkaitan dengan hal-hal mendasar, misalnya makan dan minum. Kumbakarna selain menuruti hasrat makan minum dan tidur, sebetulnya sudah muncul kesadaran tentang kebenaran. Dia tidak setuju dengan keserakahan Rahwana, tetapi dia tidak berani melawan dan malah melarikan diri dengan cara makan dan tidur. Kumbakarna didominasi unsur tanah beraura hitam yang tamas, malas.
Energi Wibisana, sudah tidak berupa cairan yang mengalir ke bawah perut, tetapi berwujud uap yang mengarah ke atas, mengaktifkan chakra keempat, bersifat satvik, tenang dengan aura putih, dengan dominasi unsur ruang. Wibisana sudah siap menjadi murid Sri Rama yang telah melampaui unsur-unsur alami.

Gigih dalam menegakkan dharma
Kami kutip nasehat Bapak Anand Krishna dalam buku *5 be the Change
Hidup adalah sebuah perjuangan. Berjuanglah terus-menerus demi penegakan dharma, demi hancurnya adharma. Kita tidak di sini untuk saling jarah-menjarah, atau saling rampas-merampas. Kita tidak mewarisi budaya kekerasan dan barbar seperti itu.
Jangan berjuang untuk tujuan-tujuan kecil yang tidak berguna. Jangan berjuang untuk memperoleh kursi yang dalam beberapa tahun saja menjadi kadaluarsa. Jangan berjuang untuk memperoleh suara yang tidak cerdas.
Berjuanglah untuk tujuan besar untuk sesuatu yang mulia. Berjuanglah untuk memperoleh tempat di hati manusia, ya manusia, bukan di hati raksasa. Berjuanglah untuk mencerdaskan sesama anak manusia, supaya mereka memahami arti suara mereka, supaya mereka dapat menggunakan hak suara mereka sesuai dengan tuntutan dharma. Perjuangan kita adalah perjuangan sepanjang hidup. Perjuangan kita adalah perjuangan abadi untuk melayani manusia, bumi ini dengan seluruh isinya, bahkan alam semesta. Janganlah mengharapkan pujian dari siapa pun jua. Janganlah menjadikan pujian sebagai pemicu untuk berkarya lebih lanjut. Berkaryalah terus menerus walau dicaci, dimaki, ditolak…….. Berkaryalah karena keyakinan pada apa yang mesti kita kerjakan. *5 be the Change
Daftar  Pustaka
*1 Medis dan Meditasi Medis dan Meditasi, Anand Krishna bersama Dr. B. Setiawan, PT Gramedia Utama, 2002.
*2 Panca Aksara Panca Aksara Membangkitkan keagamaan dalam diri manusia, Anand Krishna, Pustaka Bali Post, 2007.
*3 Samudra Sufi Menyelami Samudra Kebijaksanaan Sufi, Anand Krishna, PT Gramedia Pustaka Utama, 2001.
*4 Si Goblok Si Goblok Catatan Perjalanan Orang Gila, Anand Krishna, Koperasi Global Anand Krishna, 2009.
*5 be the Change Be The CHANGE, Mahatma Gandhi’s Top 10 Fundamentals for Changing the World, Anand Krishna, PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.


Sumber ; Triwidodo Djokoraharjo

Archimedes

Archimedes dari Syracusa (sekitar 287 SM - 212 SM) Ia belajar di kota Alexandria, Mesir. Pada waktu itu yang menjadi raja di Sirakusa adalah Hieron II, sahabat Archimedes. Archimedes sendiri adalah seorang matematikawan, astronom, filsuf, fisikawan, dan insinyur berbangsa Yunani. Ia dibunuh oleh seorang prajurit Romawi pada penjarahan kota Syracusa, meskipun ada perintah dari jendral Romawi, Marcellus bahwa ia tak boleh dilukai. Sebagian sejarahwan matematika memandang Archimedes sebagai salah satu matematikawan terbesar sejarah, mungkin bersama-sama Newton dan Gauss.
Penemuannya
Pada suatu hari Archimedes dimintai Raja Hieron II untuk menyelidiki apakah mahkota emasnya dicampuri perak atau tidak. Archimedes memikirkan masalah ini dengan sungguh-sungguh. Hingga ia merasa sangat letih dan menceburkan dirinya dalam bak mandi umum penuh dengan air. Lalu, ia memperhatikan ada air yang tumpah ke lantai dan seketika itu pula ia menemukan jawabannya. Ia bangkit berdiri, dan berlari sepanjang jalan ke rumah dengan telanjang bulat. Setiba di rumah ia berteriak pada istrinya, "Eureka! Eureka!" yang artinya "sudah kutemukan! sudah kutemukan!" Lalu ia membuat hukum Archimedes.
Dengan itu ia membuktikan bahwa mahkota raja dicampuri dengan perak. Tukang yang membuatnya dihukum mati.
Penemuan yang lain adalah tentang prinsip matematis tuas, sistem katrol yang didemonstrasikannya dengan menarik sebuah kapal sendirian saja. Ulir penak, yaitu rancangan model planetarium yang dapat menunjukkan gerak matahari, bulan, planet-planet, dan kemungkinan rasi bintang di langit.
Di bidang matematika, penemuannya terhadap nilai pi lebih mendekati dari ilmuan sebelumnya, yaitu 223/71 dan 220/70.
Archimedes adalah orang yang mendasarkan penemuannya dengan eksperimen sehingga ia dijuluki Bapak IPA Eksperimental.

SEMAR

SEMAR
Semar adalah anak dewa Sang Hyang Tunggal dan Dewi Rekatawati yang adalah seorang putri kepiting raksasa bernam Rekata. Suatu hari Dewi Rekawati bertelur dan dengan segala keajaiban, telur tersebut menetas dengan kulitnya menjadi Tejamantri (Togog), putih telurnya menjadi Bambang Ismaya (Semar), dan kuning telurnya menjadi Manikmaya (Batara Guru).

Dalam kisahnya, mereka bertiga sangat berambisi untuk berkuasa menggantikan tahta Ayahandanya sebagai dewa. Hingga akhirnya Manikmaya mencetuskan ide perlombaan menelan gunung. Barang siapa yang berhasil menelan gunung dan memuntahkannya kembali, dialah yang menang dan berhak atas tahta Sang Hyang Tunggal, Ayahanda mereka. Dalam perlombaan tersebut, Tejamantri gagal, tidak sanggup menelan gunung. Sementara Bambang Ismaya berhasil menelan gunung, tetapi tidak berhasil memuntahkannya kembali. Itulah mengapa sosok Semar digambarkan sebagai seorang cebol dengan perut yang buncit.

Mengetahui bahwa dua dari tiga anaknya mudah termakan hasutan, Sang Hyang Tunggal menjadi murka dan justru mengangkat Manikmaya menjadi Batara Guru, menggantikan tahtanya dan tetap berada di kahyangan. Sementara Tejamantri dan Bambang Ismaya diturunkan ke bumi dan dirubah namanya menjadi Togog dan Semar.

Namun demikian, Semar adalah tokoh yang sangat istimewa dalam pewayangan. Ia sakti mandraguna dan kesaktiannya itu sampai diperebutkan oleh Pandawa dan Kurawa. Di bumi, Semar adalah tokoh yang sederhana namun bijaksana dan berkharisma. Hingga kepada ketiga anaknya pun Semar menurunkan sifat-sifat baiknya.

Buat Anatrus untuk bantu Guru


 

INOVASI tiga mahasiswa Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas Lampung (Unila) cukup luar biasa. Yaitu, Sirojudin, Deny Pradana, dan Aam Husein. Tergabung dalam satu tim, ketiganya berhasil membuat Anatrus (atlas anatomi organ tubuh 3D untuk jenjang pendidikan SMA).
    Sirojudin menuturkan, temuan ini bermula dari kesenangan mereka terhadap objek tiga dimensi (3D) yang dapat dimanfaatkan dalam media pembelajaran yang di Indonesia program 3D tersebut masih langka. ’’Di luar negeri, program ini sebenarnya sudah ada. Namun untuk penggunaan di Indonesia masih jarang. Sehingga, kami mencoba membuat program tersebut,’’ terang Sirojudin saat ditemui di laboratorium elektro Unila kemarin (8/6).
Ia mengklaim, Anatrus ini di Indonesia kali pertama merekalah yang membuatnya. ’’Ini berdasarkan search kami di Google sebelumnya tidak menemukannya. Kecuali yang versi 2D,’’ ungkapnya seraya mengatakan, dosen mereka tengah proses pengajuan hak atas kekayaan intelektual (HAKI) Anatrus karyanya.
Diakui, ide awal membuat Anatrus muncul untuk alat pembelajaran kedokteran. Tetapi, mereka disarankan dosennya agar diperuntukkan pembelajaran tingkat SMA.
    Anatrus ini, lanjutnya, sangat bermanfaat membantu siswa dan guru SMA. Karena dengan Anatrus, siswa juga bisa belajar secara sendiri di rumahnya masing-masing.
Menurutnya, proses instalasi Anatrus di komputer sangat mudah. Karena menggunakan fitur one click installer. Dalam pengoperasionalannya cukup dengan sekali klik, program, bisa langsung digunakan. Di dalamnya terdapat simulasi gerak dari rangka dan organ tubuh seperti saraf dan jantung, otot untuk kontraksi dan relaksasi, serta sendi-sendi.
’’Dalam pembuatan Anatrus ini, kami bertiga berbagi tugas. Di antarnya ada yang mencari sumber data dari gambar dan materi anatomi tubuh. Ada juga yang mengerjakan 3D gerakan software dengan menggunakan 3D max dan membuat program untuk dapat diintegrasikan,’’ paparnya.
Sirojudin pun mengakui, jika dalam pembuatan Anatrus ini, mereka sempat menemui kesulitan. Di antarnya ketika alat yang kapasitasnya kurang memadai. ’’Makanya dalam uji program ini, kami harus berpindah-pindah mulai dari pusat komputer Unila hingga di laboratorium komputer fakultas teknik,’’ tandasnya.
    Kini, imbuhnya, Sirojudin bersama Deny Pradana dan Aam Husein tengah menyosialisasikan karyanya tersebut. ’’Sementara baru kami presentasikan di SMA 5 Bandarlampung,’’ ucap Sirojudin. (hyt/c3/rim) 


Sumber  : http://www.radarlampung.co.id/read/pendidikan/35417-buat-anatrus-untuk-bantu-guru